Sejarah dan Budaya Maluku pada Masa Kolonialisasi
Maluku menjadi daerah yang terkenal dengan rempah-rempahnya. Daerah ini juga dikenal sebagai tanah kelahiran pahlawan Pattimura yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Ada berbagai sejarah dan budaya Maluku yang tersimpan dan memiliki perjalanan yang panjang.
Provinsi yang memiliki berbagai potensi alam dan budaya ini sangat potensial untuk berkembang menjadi destinasi wisata yang penuh pesona lho. Salah satu penyebabnya adalah kaya akan wistaa sejarahnya. Bagaimana sejarah dan budaya Maluku khususnya di masa penjajahan?
Sejarah Pembentukan Wilayah
Jika melihat sejarah pembentukan bumi, Kepulauan Maluku diperkirakan terbentuk pada 150 hingga 1 juta tahun yang lalu. Kepulauan ini terhubung dengan Dangkalan Sahul yang memiliki hubungan dengan Australia.
Penduduk asli Maluku berasal dari bangsa Austronesia-Melanesia, mereka terdiri atas ras Negrito dan Wedda. Tak lama, lalu mulai ada kedatangan dari bangsa Melayu Tua, Melayu Muda, dan Mongoloid. Maka membuat daerah ini memiliki keragaman yang tinggi.
Pada masa pendudukan pemerintahan kolonial, Maluku menjadi daerah yang diincar oleh banyak pedagang asing karena rempah-rempahnya. Di sini, produksi Pala dan Cengkeh sangatlah tinggi sehingga mereka banyak yang menguasai Maluku.
Dalam berbagai berita Maluku disebutkan bahwa perdagangan dunia saat itu terbagi menjadi 2 jalur. Jalur yang dimaksud adalah jalur sutra dan jalur rempah. Kedua jalur ini melewati Maluku, sehingga tak heran jika daerah ini banyak didatangi pedagang dari berbagai negara.
Empat Kerajaan Besar
Selain dikenal sebagai perdagangan rempah yang sangat tersohor di dunia pada masa lampau, Maluku juga dikenal sebagai kerajaan besar. Ada empat kerajaan besar yang pernah Berjaya di Maluku, antara lain Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo sejak abad 13.
Dua kerajaan besar yang berhasil eksis adalah Ternate dan Tidore dan mempunyai peranan penting untuk kemajuan Maluku. Dua kerajaan ini kemudian memiliki peranan penting dalam menyebarkan agama Islam di tanah Maluku.
Wilayah kekuasaan Ternate dikenal dengan nama Uli Lima atau persekutuan lima negeri. Sedangkan daerah kekuasaan Tidore memiliki sebutan Uli Siwa atau persekutuan sembilan negeri.
Masa Penjajahan di Maluku
Sejarah dan budaya Maluku tentu saja tidak akan pernah terlepas dari kekuasaan Portugis dan Belanda. Setelah Portugis berhasil menaklukan Melaka di tahun 1511, Maluku kemudian menjadi daerah jajahan Portugis.
Untuk memperkuat pemerintahannya, Portugis membangun beberapa pusat kekuatan seperti loji dan benteng di Ambon, juga beberapa di Banda. Banda di masa itu menjadi pusat perdagangan dan Ambon sebagai pusat pemerintahan.
Kedatangan Spanyol ke Maluku sempat membuat Portugis gentar. Serangan ini muncul pada tahun 1512 dengan kerja sama antara Spanyol dengan Kerajaan Tidore. Hal ini menimbulkan perpecahan di Maluku dan berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Saragosa 1529. Dengan perjanjian ini, maka Spanyol harus pergi dari Maluku.
Belanda Mengalahkan Portugis di Ambon pada 1605
Kedatangan Belanda ke Maluku terjadi pada tahun 1599 dengan dipimpin oleh Wybrand van Warwijck. Mereka pertama kali menginjakkan kaki ke Ambon dan Banda. Tak lama setelah itu, Inggris juga turut datang di tahun 1601.
Setelah itu, Belanda membangun loji dan mendirikan VOC sehingga menimbulkan persaingan yang sengit di Maluku dengan Inggris. Di saat yang sama pula Portugis menyerah tanpa melakukan perlawanan pada 1605 kepada Belanda di Ambon.
Sehingga di masa itu, pusat VOC berada di Ambon. Tak lama kemudian, pada tahun 1619, pusat VOC pindah ke Batavia. Monopoli yang dilakukan oleh VOC di Maluku tentu saja menimbulkan pertikaian dan perlawanan yang sengit.
Akibatnya adalah muncul pembantaian Banda oleh VOC di tahun 1621. Selain itu, ada juga aksi kekerasan kepada Ambon-Lease oleh VOC yang melahirkan perang Ambon pada 1624-1658. Di sinilah masyarakat Maluku banyak yang tersiksa karena dijadikan budak.
VOC dalam menguasai Maluku menggunakan kebijakan pelayaran hongi dan ekstirpasi pembatasan menanam cengkeh. Penanaman ini hanya boleh dilakukan di Ambon saja. Perlakuan VOC di Maluku sangatlah kejam dan membuat masyarakat menderita.
Maluku di Masa Perang Dunia II
Ketika terjadi perang dunia II yang dimulai dengan Perang Pasifik pada 1941, hal ini berdampak besar pada kondisi Indonesia, termasuk Maluku. Sejarah mencatat bahwa Gubernur Jenderal Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh, memberikan informasi bahwa Belanda terlibat perang dengan Jepang.
Jepang mulai masuk ke daerah Maluku dengan mudah. Mereka berhasil masuk dari Pulau Morotai dan Pulau Misool. Tak membutuhkan waktu lama, Maluku langsung dikuasai oleh Jepang. Sehingga membuat Belanda harus terpukul mundur. Setelah diduduki Jepang, kondisinya sama saja tidak membuat Maluku menjadi lebih baik.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Jepang harus meninggalkan Maluku. Setelah itu Maluku masuk ke dalam bagian dari Indonesia secara resmi. Meski demikian, Maluku kembali diduduki Belanda setelah mereka menyusup masuk lewat tentara NICA milik sekutu.
Demikian tadi beberapa ulasan singkat mengenai sejarah dan budaya Maluku dari zaman pembentukan hingga pasca perang dunia II yang banyak membuat catatan sejarah di Maluku. Semoga berguna!